Materi ini saya dapatkan saat pertama kali berkenalan dengan ISBD. Tepatnya pada hari Senin, 21 Februari 2011, gd. B-II-09 STKIP Garut yang disampaikan oleh Drs. Ana Maulana, M.Pd (dosen ISBD)
Pendahuluan
Setiap negara memiliki asal-usul serta idiologi yang berbeda. Akibat adanya idiologi yang dianut tersebut, maka terbentuklah suatu kepribadian. Dengan adanya kepribadian bangsa Indonesia , diharapkan terbentuknya manusia Indonesia yang unggul (cerdas) secara intelektual, anggun secara moral, kompeten menguasai IPTEK, serta memiliki komitmen tinggi untuk berbagai peran sosial. Berdasarkan harapan-harapan tersebut, terbentuklah stratifikasi sosial (lapisan masyarakat) dalam kehidupan yang membedakan satu sama lainnya, baik berdasarkan kemampuan intelektual, kemampuan ekonomi, kemampuan dalam bidang keagamaan, maupun kemampuan lainnya. Selain itu, kemampuan tersebut menunjukkan apakah suatu kelompok termasuk “rural community” atau “urban community”.
Setiap manusia tidaklah sama. Mereka mempunyai ciri khas masing-masing. Begitu pula halnya dengan kelompok peradaban manusia. Ciri khas atau kepribadian manusia barat tentunya berbeda dengan kepribadian manusia timur, baik dalam hal pengetahuan, sikap terhadap alam, cita-cita hidup, status personal, maupun perbedaan lainnya. Namun dibalik semua perbedaan tersebut, terdapat pula persamaan diantara keduanya.
Dalam setiap kebudayaan selalu terdapat ilmu pengetahuan sains dan teknologi yang digunakan sebagai acuan untuk menginterpretasi dan memahami lingkungan beserta isinya. Perkembangan IPTEK yang cepat perlu ditanggapi dan dipersiapkan dalam menghadapinya sesuai kebutuhan. Berbicara tentang teknologi tidak lepas dari yang namanya globalisasi. Hal ini dikarenakan globalisasi sebagai dampak dari adanya perkembangan teknologi. Lahirnya globalisasi tersebut dapat menyebabkan perubahan tatanan kehidupan masyarakat dalam berbagai bidang. Perubahan terbesar yang dialami oleh bangsa Indonesia sebagai dampak globalisasi tersebut adalah dalam bidang pendidikan dan kehidupan sosial masyarakat.
Kondisi Pendidikan Indonesia Kini
Melihat realita yang terjadi di negeri ini, suasana pendidikan kita memang sangat memilukan. Hal ini terjadi akibat dari dampak negatif globalisasi yang melahirkan sekulerisasi pendidikan, politisasi pendidikan, serta over spesialisasi. Hal ini membuat saya teringat akan pertanyaan yang terdapat dalam salah satu artikel yang dibuat oleh Prof.DR.Soedijanto.MA. Pertanyaannya adalah, "pendidikan nasional seperti apa yang mampu mencerdaskan kehidupan bangsa? Jawaban singkatnya: pendidikan yang bermakna proses pembudayaan. Pendidikan yang demikian akan dapat memajukan kebudayaan nasional Indonesia ." Sementara itu, kondisi pendidikan Indonesia kini adalah sebagai berikut:
- Arah pendidikan kurang jelas;
- Pendidikan sebagai barang mahal;
- Pendidikan tidak merata;
- Penyelewengan dana pendidikan cukup tinggi;
- Kurang penghargaan pada guru/dosen;
- Kualitas dan kuantitas guru/dosen kurang;
- Pendidikan kepribadian kurang mendapat perhatian serius;
- Mencetak tukang.
Coba kita renungkan, sistem pendidikan yang seperti inikah yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa?
Kondisi Masyarakat Indonesia Kini
Merajalelanya sekulerisasi, modernisasi, teknologi, dan universalisme, menyebabkan perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia. Sungguh mengerikan saat kita melihat perilaku generasi muda jaman sekarang. Disadari atau tidak, beginilah potret kehidupan kita saat ini:


- Egois;
- Individualis;
- Materialistis;
- Sekuler;
- Hedonis;
- Krisis akhlak;
- Agama sebagai simbul.
Adapun yang menjadi filter agar tidak terjadi hal-hal yang disebutkan di atas adalah dengan memperkuat landasan rohani, landasan filsafat, dan landasan histori, sehingga tercapai manusia yang homo humanus (manusiawi, berbudaya, halus). Dengan adanya filter tersebut maka diharapkan karakteristik masyarakat madani, sesuai dengan visi Indonesia 2020. Yaitu terbentuknya masyarakat yang:
1. Religius;
2. Demokrasi;
3. Kepastian hukum;
4. Egalitarian;
5. Penghargaan terhadap human dignity;
6. Kemajuan budaya dan bangsa dalam satu kesatuan.
Semoga tulisan ini bermanfaat serta dapat menjadi motivasi bagi kawan-kawan, khususnya bagi penulis untuk terus berkarya membangun negeri ini menjadi lebih baik lagi. Samoga goresan-goresan luka yang menoreh bumi pertiwi tak membusuk meninggalkan virus-virus kehancuran di masa yang akan datang. Sadar dengan kekurangan yang ada dalam tulisan ini, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar